Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam
PSIKOLOGI IBADAH
KEBAHAGIAAN : SEBUAH PILIHAN
Selengkapnya...
Jumat, 09 Juli 2010
BUKU-BUKU
Selasa, 01 Desember 2009
BERTEMAN DENGAN SYAITAN
Ketika mendengar nama syetan, kita akan terbayangkan sosok penggoda, penjerumus, dosa dan neraka. Syaithan digambarkan dengan sosok yang enggan, sombong, kafir dan tidak taat kepada perintah Allah ketika disuruh bersujud kepada Nabi Adam AS.
dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah[36] kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir. (Al-Baraqah/2:34)
[36] Sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah berarti sujud memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah.
Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada Para Malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam", Maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak Termasuk mereka yang bersujud. (Al A’raaf/7:11)
Dari dasar ayat-ayat di atas, sebagian besar dari kita akan berpendapat bahwa syaitan haruslah dijauhi, sifat-sifat syaitan wajib ditinggalkan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan syaitan jangan didekati. Padahal kalau kita berteman dengan syaitan ada nilai-nilai positif yang akan kita dapatkan, di antaranya :
1. Mengetahui sifat-sifat syaitan yang ada dalam diri kita
Jika kita bertemen dengan syaitan kita akan mengetahui betul sifat dan karakteristik perilaku syaitan. Namun, seringkali kita melihat orang lain untuk menunjukkan sifat dan karakteristik syaitan. Jarang sekali kita menggali dalam diri sendiri, mana sifat dan karakteristik syaitan yang dominan dalam perilaku kita. Jikalau kita mengetahui sifat dan karakteristik syaitan yang ada dalam diri kita, maka kita bisa sejak dini mengetahui bahwa yang ada dalam diri kita ini adalah godaan atau perilaku-perilaku syaitan dan kemudian kita bertaubat dan segera untuk membenahi diri.
2. Belajar Istiqomah kepada syaitan
Syaitan dikenal tidak lelah dan tidak putus asa dalam menggoda seseorang. Dia selalu konsisten dan selalu berimprovisasi untuk menggoda dan menjerumuskan manusia kepada perbuatan dosa atau neraka. Jika kita mengetahui syaitan itu selalu istiqomah dalam menggoda manusia untuk berbuat kejahatan, maka kita bisa mengambil pelajaran istiqomah agar selalu beribadah kepada Allah SWT.
Selamat berkawan dengan syaitan !!!.
Selengkapnya...
Senin, 30 November 2009
Referensi Pengantar Agama Islam
- Fazlur Rahman: Al Islam
- Fazlur Rahman: Tema Pokok Al Qur’an
- Abudin Natta: Metodologi Studi Islam
- Amin Abdullah: Studi Agama
- Atho Mudzhar: Pendekatan Studi Islam
- Endang Saifudin A: Ilmu, Filsafat dan Agama
- Quraish Shihab : Membumikan Al-Qur’an
Kamis, 24 September 2009
LARANGAN MENYAMPAIKAN AYAT YANG BELUM DILAKUKAN
Al-Baqarah/2:44
Ali Imran/3:188
Ash-Shaaf/61:33
duniaquransunnah
Selengkapnya...
MENCONTOH KETELADANAN KELUARGA NABI IBRAHIM (KHUTBAH IDUL ADHA)
الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا بكرة واصيلا، الحمد لله الذى اَ نـْـزَلَ الْعِيْدَ ضِيَافَـةً لِلاَ ناَمْ وَجَعَلَهُ مِنْ اَكْرَمِ شَعَائِرِ اْلاِسْلاَمِ, وَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شـَرِ يْكَ لَهُ اِلَيْهِ ابْـتَلَى اِبْرَاهِيْمَ خَلِيْلَةً وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَناَ وَ نَبِيِّنَا محمدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْ لهُ, اللهم صل وسلم وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا محمدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ كَمَا صَلَّـيْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِـ اِبْرَاهِيْمَ وَسَلِّمْ تَسْلِيمًا كَثِيرًا. اما بعد: فَيَا عِبَادَ اللهِ اتَّقُوااللهَ وَكُوْ نُوْا مَعَ الصَّادِقِـيْنَ.
Jamaah Shalat Idul Qur’ban yang mulia
Pada hari ini jutaan umat Islam dari segenap pelosok dunia berdatangan dan berkumpul di tanah suci melakukan ibadah haji. Gemuruh gema suara kaum muslimin dan muslimat yang sedang menunaikan manasik haji itu menyambut panggilan Ilahi dengan mengucapkan talbiyah :
Pada hari yang berbahagia ini pula Umat Islam lainnya di seluruh dunia serentak mengumandangkan kalimah Takbir, Tahmid, Tahlil, sebagai manifestasi dari rasa syukur dan taqwa kepada Allah swt. Kelezatan bertahmid, takbir dan tahlil, terasa menembus hati nurani semua umat tauhid yang mampu menghubungkan tali ruhaninya yang suci kepada Khalik seru sekalian alam. Alangkah bahagiannya, apabila kita senantiasa dalam suka dan duka dapat merasakan kehadiran Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang, tempat kita minta petunjuk jalan pada waktu gelap, tempat berlindung dari segala kesulitan hidup.
Jama’ah Shalat Idul Qur’ban Rakhimakumullah
Setiap datang Idul Adha terlintas kembali kenangan sejarah Nabi Ibrahim dan keluarganya memperjuangkan kalimat tauhid dengan rasa syukur dan taqwa kepada Allah. Kita sebagai umat Muhammad diperintah agar meneladani dan mengikuti jejak amal ibadat serta agama Ibrahim tersebut, sesuai dengan firman Allah dalam Surat An-Nahl ayat 123 :
Allahu akbar 3x
Jama’ah Shalat Idul Qur’ban Rakhimakumullah
Sangatlah menarik, manakala sebagian perjalanan hidup keluarga Nabi Ibrahim menjadi salah satu ritual besar agama Islam. Ada beberapa hal yang patut kita renungkan dari perjalanan hidup Nabi Ibrahim yang patut kita teladani.
1. Nabi Ibrahim lebih mengutamakan perintah Allah dibandingkan dengan rasionalitas.
Dalam perjalanan Nabi Ibrahim seringkali kita dengar cerita bahwa Nabi Ibrahim meninggalkan isterinya Siti Hajar dan bayi mungil Ismail ditinggalkan sendirian di Makkah, yang masih dalam kondisi tandus dan gersang tanpa ada mata air. Begitu juga cerita kerelaan Siti Hajar ditinggalkan di Makkah sendirian bersama putranya Nabi Islam’il, dan perjuangannya untuk mempertahankan hidup dirinya dan putranya. Begitu juga cerita tentang keikhlasan Nabi Isma’il mau di sembelih oleh Bapaknya. Antara Bapak, Isteri dan Anak semuanya meninggalkan rasionalitas demi menggapai keridhaan Ilahi, demi memenuhi perintah Allah yang dirasa sangat berat tanpa tahu hikmah dibalik itu semua.
Setelah mereka melakukan perintah Allah tanpa menggunakan rasionalitas, maka yang terjadi adalah perjalanan mondar-mandirnya Siti Hajar di bukit shafa dan marwa juga merupakan bagian dari ibadah haji dan Umrah. Pembangunan Ka’bah yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim beserta putranya Nabi Isma’il sekarang menjadi pusat peribadatan umat Islam di seluruh dunia. Kerelaan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putra kesayangannya, demikian juga keikhlasan Nabi Isma’il untuk disembelih, ternyata semuanya digantikan oleh Allah sesuatu yang lebih baik dan bahkan dikenang oleh seluruh umat Islam sampai sekarang.
Berbeda dengan kita yang lebih mendahulukan rasionalitas daripada perintah-perintah Allah. Banyak sekali perintah Allah untuk melaksanakan shalat wajib, sunnat dan shalat malam, tapi kita meninggakannya dengan alasan rasionalitas “saya harus istirahat tidur untuk mendapatkan badan yang fit di esok hari”. Begitu juga dengan banyaknya perintah zakat dan shadaqah yang termuat dalam al-Qur’an kita abaikan karena kita berfikir rasionalitas “mencari makan untuk besok saja susah, kenapa saya harus shadaqah”.
Wahai umat Islam, marilah kita teladani sikap keluarga Nabi Ibrahim yang lebih mendahulukan perintah-perintah Allah dibandingkan pikiran-pikiran rasionalitas yang sifatnya pendek. Demi mencapai keridhaan Allah SWT.
2. Besarnya pengorbanan Keluarga Nabi Ibrahim untuk mencapai keridhaan Allah
Ketika meninggalkan istrinya Siti Hajar dan bayi mungilnya yang dicintainya di Makkah sendirian, Nabi Ibrahim menangis dengan berat hati meninggalkan mereka sendirian. Nabi Ibrahim mengorbankan kepentingan dirinya sendiri dengan meninggalkan isteri dan anaknya demi menjalani perintah Allah.
Maha Suci Allah dari persangkaan-persangkaan yang buruk. Allah SWT mengganti pengorbanan
Nabi Ibrahim meninggalkan isteri dan anaknya untuk diserahkan kepada Allah SWT. Begitu juga Pengorbanan Siti Hajar ditinggalkan suaminya di tengah gurun panas beserta bayi mungilnya menjadikan ritual Sa’i yang dilakukan sampai sekarang dan munculnya mata air zam-zam yang baru diketahui kehebatannya, karena bentuk molekulnya lebih indah bila dibandingkan dengan mata air di manapun jua.
Begitu juga pengorbanan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya, begitu juga Isma’il mau mengorbankan dirinya untuk disembelih, menghasilkan hilangnya tradisi mengorbankan manusia dan menggatinya dengan hewan qurban yang dilakukan sampai sekarang.
Allahu Akbar 3 X
Kaum Muslimin Jamaah Idul Qur’ban yang mulia
Seberapa besarkah kita mengorbankan isteri dan anak kita demi mencapai keridhaan Allah, seberapa besarkah para isteri kita mengorbankan kepentingan dirinya sendiri demi keluarga mencapai keridhaan Allah. Dan Seberapa besar pengorbanan anak-anak kita demi mencapai keridhaan Allah.
Kita lebih suka mengorbankan ibadah kita untuk kesenangan-kesenangan kita seperti menonton sepak bola, kita lebih suka mengorbankan ibadah suami untuk lebih suka ditunggui oleh suami. Dan anak-anak kita lebih suka orang tua mereka yang berkorban untuk kesenangan mereka sendiri. Jarang sekali kita mengorbankan kepentingan, kesenangan dan keindahan duniawi untuk mencapai keridhaan Allah SWT. Bahkan kita terkadang menjadikan hawa nafsu kita sebagai Tuhan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat al-Furqon/25 ayat 43 :
Marilah sikap dan perilaku keluarga Nabi Ibrahim dalam mengorbankan kepentingannya sendiri kita contoh, kita bumikan mengorbankan waktu kesenangan kita untuk lebih banyak bermunajat kepada Allah SWT., marilah kita perbanyak mengorbankan tidur kita demi melaksanakan shalat malam dan berzikir kepada Allah. Marilah kita korbankan sebagian harta kita untuk kita serahkan kepada Allah, utamanya melalui para fakir dan miskin.
Allahu Akbar 3 X
Kaum Muslimin Jamaah Idul Qur’ban yang berbahagia
3. Mencontoh Nabi Ibrahim dalam mendesain keluarga yang berkualitas
Benarlah pendapatnya Ibn Khaldun bahwa masyarakat terbagi menjadi tiga generasi. Yang
pertama, generasi pembangun. Yang kedua, generasi penikmat, dan yang ketiga adalah generasi penghancur. Ketika kita sebagai orang tua telah bersusah payah mencari nafkah untuk keluarga, untuk menyekolahkan anak-anak kita, ternyata anak-anak kita adalah generasi penikmat dari hasil jerih payah orang tuanya.
Ketika keinginan sang anak tidak dipenuhi, maka sang anak akan ngambek bahkan berani mengancam bapaknya “kalau tidak dibelikan ini dan itu, maka sang anak tidak mau sekolah, tidak mau mengaji dan tidak mau menuruti perintah orang tuanya”. Kalau anak-anak kita adalah generasi penikmat dari hasil usaha kita, maka cucu-cucu kita adalah generasi penghancur keluarga kita. Berapa banyak contoh di hadapan kita keluarga-keluarga yang kaya-raya tetapi habis di tangan cucu-cucunya. Bahkan harta mereka tidak sampai 7 turunan.
Kaum Muslimin Jamaah Idul Qur’ban yang berbahagia
Nabi Ibrahim telah memberikan teladan bagi kita yang patut kita contoh. Ibrahim adalah seorang Nabi, putranya juga seorang Nabi bahkan cucu-cucunya adalah juga seorang Nabi, diantaranya Nabi Isma’il as dan Nabi Isa as. Bahkan Nabi Muhammad SAW pun juga keturunan dari beliau. Maka pantaslah Nabi Ibrahim disebut bapaknya para Nabi.
Ini sesuai dengan do’a
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (al-Furqon/25:74)
Isteri-isterinya dan anak-anaknya menjadi penyenang hati Nabi Ibrahim dalam menggapai keridhaan Allah SWT. Sehingga Nabi Ibrahim menjadi imam bagi orang-orang yang bertaqwa yang tidak lain adalah anak cucunya sendiri.
Marilah kita contoh cara Nabi Ibrahim mendesain keluarga dan anak keturunannya untuk menjadi Nabi-Nabi. Marilah kita jadikan diri kita sebagai generasi pembangun, jadikan anak kita sebagai generasi pembangun dan kita jadikan cucu-cucu kita juga sebagai generasi pembangun. Demi mengeluarkan bangsa kita dari keterpurukan. Ini harus diusahakan. Marilah kita wujudkan doa kita untuk menjadikan anak keturunan kita menjadi orang-orang pembangun yang berkualitas
Jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah
Mari kita isi sisa hidup kita dengan aqidah yang tercermin dalam amal dan ibadah. Mari kita penuhi segenap kehidupan kita dengan kegiatan perjuangan perjuangan yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS.. Mari kita hiasi diri kita dengan akhlaq qurban dan qur’ani.
Khutbah kedua
وَجْعَلِ اللهُمَّ بَلْدَتَنَا هَذِهِ بَلْدَةَ اِنْدُوْنِيْسِيَا اَمِنَةً مُطْمَئِنَّةً رَخِيَّةً وَسَائِرِ بِلاَدِ المُسْلِمِينَ، اللهم انْصُرْنَاوَقَوِّ اَجْسَادِنَا لِطَاعَتِكَ وَاجْتِنَابِ مَعَاصِيْكَ وَزِيَارَةَ بَيْتِكَ الحَرَامِ وَقَبْرِ نَبِيِّكَ المُعَظَّمْ. وَاغْفِرْ وَارْحَمْ وَتَقَبَّلْ اَعْمَالَ اِخْوَ انِنَا الَّذِيْنَ يَحُوجُّوْنَ فِى هَذَا العَامِ وَسَلِّمْ اَبْدَانَهُمْ وَاَدْيَانَهُمْ وَاَمْوَالَهُمْ مِنْ جَمِيْعِ البَلاَ ءِ وَالْبَلاَ ياَ وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمَ, وَاجْعَلْ ذَالِكَ الْحَجَّ لَهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيَهُ مَشْكُوْرًا وَتِجَارَةْ لَنْ تَبُوْرَ. بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمين. عباد الله ان الله يأمر بالعدل ولإحسان وايتائذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغى يعضكم لعلكم تذكرون، واذكروا الله يذكركم واستغفروا ه انه هو الغفور الرحيم
duniaquransunnah
Selengkapnya...
Rabu, 23 September 2009
ETIKA MEMBACA AL-QUR'AN
1. Perintah meluangkan waktu untuk membaca al-Qur’an
2. Mensucikan diri sebelum membaca Al-Qur’an
3. Perintah Membaca al-Qur’an
4. Bersujud ketika dibacakan al-Qur’an
5. Menghidupkan al-Qur’an di rumah
6. Larangan cepat-cepat membaca al-Qur’an
7. Perintah mendengarkan dan memperhatikan ketika al-Qur’an dibacakan
8. Perbedaan antara yang membaca al-Qur’an dan yang tidak
dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al Qur'an, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya.
Kami lebih mengetahui dalam keadaan bagaimana mereka mendengarkan sewaktu mereka mendengarkan kamu, dan sewaktu mereka berbisik-bisik (yaitu) ketika orang-orang zalim itu berkata: "Kamu tidak lain hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang kena sihir".
Lihatlah bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan terhadapmu; karena itu mereka menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang benar). (Al Israa’/17:45-48)
9. Membaca al-Qur’an secara teratur dan benar
[1066] Maksudnya: Al Quran itu tidak diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur agar dengan cara demikian hati Nabi Muhammad s.a.w menjadi kuat dan tetap.
10. Membaca al-Qur’an di waktu malam hari
1. Hai orang yang berselimut (Muhammad),
2. bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari[1525], kecuali sedikit (daripadanya),
3. (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.
4. atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.
[1525] Sembahyang malam ini mula-mula wajib, sebelum turun ayat ke 20 dalam surat ini. setelah turunnya ayat ke 20 ini hukumnya menjadi sunat.
11. Membaca al-Qur’an Sebagai Penghisab Diri
duniaquransunnah
Selengkapnya...
MENINGKATKAN IBADAH DI BULAN SYAWAL (KHUTBAH IDUL FITIRI)
الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا بكرة واصيلا، الحمد لله الذى اَ نـْـزَلَ الْعِيْدَ ضِيَافَـةً لِلاَ ناَمْ وَجَعَلَهُ مِنْ اَكْرَمِ شَعَائِرِ اْلاِسْلاَمِ, وَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شـَرِ يْكَ لَهُ اِلَيْهِ ابْـتَلَى اِبْرَاهِيْمَ خَلِيْلَةً وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَناَ وَ نَبِيِّنَا محمدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْ لهُ, اللهم صل وسلم وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا محمدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ كَمَا صَلَّـيْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِـ اِبْرَاهِيْمَ وَسَلِّمْ تَسْلِيمًا كَثِيرًا. اما بعد: فَيَا عِبَادَ اللهِ اتَّقُوااللهَ وَكُوْ نُوْا مَعَ الصَّادِقِـيْنَ.
Jamaah Shalat Idul Fitri yang mulia
Tujuan dari puasa ramadhan selama sebulan penuh yang telah kita lakukan kemarin dalam rangka agar kita bertaqwa kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah/2 ayat 183:
Oleh karena itu marilah kita terus-menerus meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, dengan menjalankan semua perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangan Allah SWT.
Kaum Muslimin Jamaah Idul Fitri yang mulia
Pada hari yang berbahagia ini Umat Islam di seluruh dunia serentak mengumandangkan kalimah Takbir, Tahmid, Tahlil, sebagai manifestasi dari rasa syukur dan taqwa kepada Allah swt. Kelezatan bertahmid, takbir dan tahlil, terasa menembus hati nurani semua umat tauhid yang mampu menghubungkan tali ruhaninya yang suci kepada Khalik seru sekalian alam. Alangkah bahagiannya, apabila kita senantiasa dalam suka dan duka dapat merasakan kehadiran Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang, tempat kita minta petunjuk jalan pada waktu gelap, tempat berlindung dari segala kesulitan hidup.
Kalimah Takbir, Tahmid, dan Tahlil yang kita kumandangkan sebagai wujud rasa syukur kita mencapai kemenangan dalam memerangi hawa nafsu selama satu bulan untuk mencapai kembali fitrah manusia beragama yang lurus, sebagaimana firman Allah SWT, dalam QS. Ar Ruum/30 ayat 30 :
Allahu akbar 3x
Jama’ah Shalat Idul Fitri Rakhimakumullah
Selain Hari Raya Idul Fitri, umat Islam juga punya Hari Raya Idul Adha pada 10 Dzulhijjah. Dalam literatur-literatur Islam klasik, hari raya ini disebut Idul Akbar (hari raya besar), sementara Idul Fitri hanya disebut sebagai Idul Ashgar (Hari raya kecil). Jikalau demikian, maka perjuangan kita belum selesai, sebelum mencapai Idul Akbar atau Idul Adha. Kenapa demikian ?.
Apabila kita amati, sebelum ramadhan didahuli bulan-bulan yang istimewa, yaitu bulan rajab dan bulan sya’ban. Bulan Rajab ada keistimewaan isra’ mi’raj, bulan sya’ban ada keistimewaan nifsu sya’bannya dan bulan Ramadhan ada keistimewaan lailatul qadarnya.
Pada bulan Rajab kita diingatkan peristiwa Isra’ Mi’rajnya Rasulullah SAW, yang di dalamnya ada perintah untuk shalat. Dan banyak hadist-hadist yang menganjurkan kita untuk meningkatkan ibadah sunnah disamping ibadah wajib juga dilakukan di bulan Rajab. Baik shalat sunnah, puasa maupun sedekah.
Begitu juga di bulan Sya’ban Rasulullah SAW memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana Diriwayatkan dari Aisyah ra. bahwa:
Rasulullah saw banyak berpuasa sehingga kita (Aisyah) mengatakan; beliau tidak pernah berbuka, dan aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali puasa dibulan ramadhan, dan aku tidak pernah melihat Rasulullah banyak berpuasa melebihi puasa dibulan sya'ban (muttafaq 'alaih).
Begitu juga riwayat hadist lain
Ketika Rasulullah ditanya oleh Usamah bin Zaid ra kenapa beliau banyak berpuasa dibulan Sya'ban beliau menjawab: "Karena bulan ini banyak dilalaikan oleh manusia padahal pada bulan tersebut akan diangkat amalan-amalan seorang hamba kepada Allah SWT, dan saya ingin amalanku diangkat dan saya sedang berbuasa" (HR. Abu Dawud dan An Nasai, lihat shahih targhib wat tarhib 425 dan shahih abu Dawud 2/461)
Setelah kita pemanasan mengisi keistimewaan bulan rajab dan bulan sya’ban dengan meningkatkan ibadah-ibadah sunnah, maka ketika masuk bulan Ramadhan kita dipanaskan dengan berpuasa dianjurkan untuk merutinkan ibadah-ibadah sunnah.
Allahu akbar 3x
Jama’ah Shalat Idul Fitri Rakhimakumullah
Ramadhan secara bahasa berarti panas, ketika bulan ramadhan tiba pertanda merupakan bulan yang sangat terasa panas karena terik matahari. Namun, meskipun terik matahari terasa menyengat, selama Bulan Ramadhan kemarin kita diwajibkan berpuasa sebulan penuh, memperbanyak membaca al-Qur’an, memperbanyak shalat malam dengan melakukan shalat tarawih. Dan wajibkannya pula kita setiap individu untuk mengeluarkan zakat fitrah.
Jikalau umat Islam menang berperang melawan hawa nafsu kita selama sebulan penuh yang panas, meredam amarah di waktu lapar, memperbanyak ibadah di kala badan gerah, maka patutlah umat Islam berhari raya di hari yang dianggap “Kemenangan melawan hawa nafsu”
Sudah sepantasnya Umat Islam merayakan kemenangan karena perilaku ibadah kita kembali sesuai dengan fitrah Allah, sebagaimana firman Allah SWT, dalam QS. Ar Ruum/30 ayat 30 :
Allahu Akbar 3 X
Kaum Muslimin Jamaah Idul Fitri yang mulia
Alhamdulillah, pada hari ini kita merayakan hari raya Idul Fitri yang juga disebut sebagai hari raya asghar (kecil) merupakan tanda bahwa puasa telah berakhir, yang juga bertepatan dengan bulan Syawal yang berarti bulan peningkatan. Jikalau demikian, maka perang terhadap hawa nafsu ternyata belum berakhir.
Pada bulan syawal ini sudah seharusnya kita meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah yang telah kita lakukan di bulan ramadhan. Dalam rangka untuk menyambut bulan-bulan haji. Sebagaimana firman Allah SWT, dalam Surat Al Baqarah/2 ayat 197 :
Allahu Akbar 3x
Kaum Muslimin Jamaah Idul Fitri Rahimakumullah
Janganlah kita terlena pada bulan syawal ini sebagai penurunan kondisi kita, sebagai bulan balas dendam untuk kembali kepada malas beribadah, malas membaca al-Qu’an, dan enggan untuk bersedekah.
Marilah kita tingkatkan amaliyah ibadah kita di bulan syawal ini sampai pada bulan Dzulhijjah. Untuk mencapai hari Raya Akbar yaitu Idul Adha.
Jikalau kita belum diberikan kesempatan oleh Allah SWT. untuk menunaikan ibadah haji, maka marilah kita meningkatkan ibadah kita dalam bentuk jiwa, raga dan harta kita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al Hujurat/49 ayat 15 :
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar. (QS. Al Hujurat/49:15)
Janganlah kita kalah dengan saudara-saudara kita yang diberikan kesempatan untuk berangkat ke tanah suci, marihlah kita berjihad dengan diri kita, melakukan shalat malam meskipun berat karena tidak bersama-sama di masjid, marilah kita memperbanyak zikir kita kepada Allah SWT.
Kaum Muslimin Jamaah Idul Fitri Rahimakumullah
Ternyata, jika kita amati, selama bulan rajab sampai bulan Dzulhijjah adalah 6 bulan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Meningkatkan ibadah-ibadah kita untuk dipersiapkan pada melakukan ibadah haji, sehingga patut bagi umat Islam untuk merayakan hari raya Idul Akbar atau Idul Adha di bulan haji. Dan Agar kita mengikuti agamanya Ibrahim. sesuai dengan firman Allah dalam Surat An-Nahl ayat 123 :
Khutbah kedua
duniaquransunnah
Selengkapnya...
ETIKA KETIKA HUJAN
Ketika hujan turun, biasanya sebagian orang menggerutu. Karena dengan adanya hujan aktivitas sehari-hari yang dilakukan menjadi terhambat. Seperti Jemuran tidak cepat kering, berangkat menuju kantor atau sekolah menjadi malas. Bagi orang lapangan hujan bahkan bisa menjadikan kondisi badan menjadi flu atau meriang.
Islam mengajarkan bahwa hujan adalah rahmat. Bahkan dalam al-Qur’an mengajarkan bagaimana kita mensikapi ketika adanya hujan. Apabila hujan turun, maka kita bisa melakukan apa yang disampaikan Nabi Huud as dan Nabi Nuh as kepada umatnya untuk memohon ampun kepada Allah SWT. (Lihat QS. Huud/11:52 dan QS. Nuh/71:10-12). Meskipun ketika kita memohon ampun hujan tidak turun, maka kita bisa memanfaatkan hujan sebagai “waktu yang baik” untuk memohon ampun kepada Allah. Apabila kita melihat ayat-ayat di bawah ini dan melihat item-itemnya, maka bisa kita rangkai menjadi sebuah do’a (permohonan) kepada Allah SWT di waktu hujan turun.
Di waktu hujan, penulis pernah melakukan shalat mutlak 2 (dua) rakaat, kemudian berdiam diri dan berdo’a kepada Allah dengan item-item yang ada dalam ketiga ayat tersebut.
dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (Huud/11:52)
Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, (10) niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, (11) dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.(12) (Nuh/71:10-12)
(ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu)[598]. (Al Anfaal/8:11)
[598] Memperteguh telapak kaki disini dapat juga diartikan dengan keteguhan hati dan keteguhan pendirian.
duniaquransunnah
Selengkapnya...